Pages

Rabu, 11 Oktober 2017

LOVE AT THE FIRST SIGHT

Aku jatuh cinta kepada dirinya ♫♫♫

Ternyata ini rasanya cinta pada pandangan pertama, yang tak pernah kurasakan sebelumnya, bahkan dengan suamiku (sama suami mah kudu berkali-kali ketemu hahaha). Ya. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan dia. Putri pertamaku. Belahan jantungku. Ratu di hidupku. Natasha Shaqueena Dibrata.

hasil usg kehamilan 28 minggu


pertemuan pertama

Malam itu, 11 Mei 2017 ketika usia kandunganku sudah memasuki 39 minggu. Aku dan suami ke RS untuk konsultasi dengan obgyn, karena belum juga ada tanda-tanda akan melahirkan. Dokter menyarankan untuk tidak khawatir karena kondisi si baby masih baik baik saja, hanya masih betah di dalam rahimku.
"Mari kita tunggu sampai hari Selasa, Jika belum juga ada tanda-tanda, langsung saja ke RS untuk rawat inap dan dilakukan tindakan."
DEG!

Sebagai calon Ibu yang baru saja mau terjun ke dunia per-Ibuan, akupun tegang mendengarnya. Gugup. Takut. Kenapa si baby belum mau keluar. Bagaimana ini. Apa yang harus dilakukan. Bagaimana jika harus diinduksi. Bagaimana jika harus dioperasi.  Berbagai prasangka buruk terlintas di pikiranku. Jujur saja, ada ketakutan dalam diriku menjelang due date. Takut membayangkan sakitnya persalinan normal. Kalau bisa langsung brojol aja tanpa harus melewati bukaan 1 sampai sekian. Mungkin ini juga sebabnya tanda-tanda kelahiran itu tak kunjung datang. Tanpa sadar alam bawah sadar telah memerintahkan untuk menunda kelahiran si baby. Tapi aku harus bisa berpikir positif. Membangun kepercayaan dengan bayiku. Bahwa aku dan dia bisa berjuang bersama. Jalan pagi makin giat kulakukan demi segera bertemu dengan si buah hati. Browsing sana sini mengenai tips-tips menjelang persalinan. Hingga pada minggu malam, tepatnya tanggal 14 Mei 2017 perutku mulai bergejolak. Mules yang tidak biasa. Apakah ini rasanya kontraksi palsu, pikirku. Makin lama sakitnya makin tidak bisa kutahan. Kami pun ke RS untuk periksa. Dan ternyata, belum ada pembukaan juga. Huft.

Setibanya di rumah, sakitnya makin menjadi jadi, datang dan pergi setiap 5 menit sekali. Aku tidak bisa tidur sepanjang malam. Hingga selepas adzan shubuh, Senin tanggal 15 Mei 2017, suami memutuskan untuk membawaku lagi ke RS. Meskipun aku agak trauma jika harus disuruh pulang lagi 😂. Daan ternyata dugaanku benar. Masih pembukaan 1, masih bisa pulang lagi ke rumah kalau mau. Tapi karena dilihat mbak bidan aku tidak tahan sakit, dan sudah lewat dari HPL, maka aku disarankan untuk tetap di RS saja melihat perkembangannya. Jika setelah 4 jam tidak ada kemajuan, maka akan diambil tindakan induksi.

Akupun masuk ke ruang rawat inap. Jalan keliling kamar. Berusaha berpikir positif, sambil kuelus perutku. Ayuk anakku sayang, cari jalan keluar untuk bertemu Mama dan Papa. Alhamdulillah, setelah dicek lagi pukul 10.00 WITA, sudah ada kemajuan pembukaan 4. Terus berlanjut hingga pembukaan 6 pukul 12.00 WITA. Dan drama pun dimulai. Guncangan cinta itu makin kuat, tidak lagi lembut, mulai menyakitkan, mulai tak terkendali. Suami tetap disamping mendampingi (karena memang tak ku izinkan pergi, padahal mau pipis). Guncangannya semakin intens. Entah sudah sekuat apa ku remas tangan suamiku. Hingga jam 4 sore tidak ada kemajuan, masih stuck di bukaan 7 karena terjadi pembengkakan di jalan rahim. Aku makin down, makin nangis kejer, mulai hopeless. Aku merengek ke suami, aku nggak kuat, aku nggak sanggup, mau SC aja. WHAAATTT!!

Beruntung disampingku ada suami, mamak dan ibu mertua yg selalu menguatkan. Walaupun saat itu, sepertinya kata-kata mereka tak terdengar, kalah oleh teriakanku. Yang kalau kuingat lagi, aku malu haha. Malu semalumalunya. Malu sama bidannya terutama. Padahal sebelumnya udah optimis, aku pasti bisa kalem menahan sakitnya, sekalem aku menahan sakit ketika cabut gigi saat duduk di bangku SD 😂. Udah latihan pernapasan dan segala sugesti positif selama persalinan. Tapi ternyata semua terlupakan dan tidak terealisasikan. Yang ada aku seperti orang kesurupan. Tidak terkendali.
Beruntungnya lagi, bidan-bidan disana baik hati, selalu memberi kata-kata positif. Menguatkan dan memotivasi si Ibu, bahwa jika semakin sakit berarti semakin dekat jalan bertemu si baby. Bukankah itu yang ibu tunggu? Deg! mendadak malu. Ketika si baby lagi berjuang mencari jalan keluar, kenapa aku malah menyerah. Aku juga harus lebih kuat. Harus bisa.

Daan akhirnya, pukul 20.17 WITA, suara tangisnya terdengar. Mendadak semua rasa sakit itu lenyap, hilang pergi entah kemana. Tangisku pecah. Tangis bahagia. Terharu. Sangat terharu. Bahkan hingga detik aku menuliskan ini, masih membuat mataku berkaca-kaca mengenangnya. Dia putriku, yang selama ini menendang perutku, kini ada dihadapanku. Bisa kudekap, kupeluk, kucium, dan kupandang wajah cantiknya. MasyaAllah. Aku jatuh cinta pada perjumpaan pertama. Alhamdulillah wa syukurillah. Segala puji hanya untuk Allah. Sungguh ajaib. Sungguh kuasa Allah. Yang 9 bulan kunanti. Putri cantikku telah lahir dengan selamat dan sehat wal 'afiat, dengan panjang 49 cm dan berat badan 3,075 g. Diiringi suara adzan dari Papamu, kuhaturkan doa, semoga kelak kamu selalu menjunjung tinggi Allah dan RasulNya diatas apapun, menjadi penentram jiwa kedua orang tuamu, bermanfaat bagi semua orang disekitarmu, dan ramah kepada semua makhlukNya, aamiin Allahumma aamiin.

first family photo

Teruntuk anakku, kutuliskan ini, agar kau tau bahwa Mama dan Papamu sangat bahagia dengan kehadiranmu, agar kau tau bahwa apapun yang terjadi, Mama dan Papamu akan selalu menyayangimu.


Tasha 4 mo

I love u, Sha 💗

Rabu, 21 Desember 2016

DUA GARIS

Aku menikah tanggal 31 Juli 2016 lalu. Sama seperti pasangan baru menikah lainnya, akupun ingin bisa langsung diberi keturunan. Terlebih lagi, teman-teman seusiaku kebanyakan sudah memiliki buah hati. Alangkah senangnya membayangkannya 👶.

Tapi, baru menikah seminggu, ternyata aku halangan. Agak kecewa tapi yasudahlah ya, anggap saja diberi waktu lebih lagi untuk berduaan 😍😍. Di bulan berikutnya, jadwal menstruasi terlambat dari biasanya, suami suruh testpack tapi takut GR hehe, karena memang biasanya jadwal menstruasiku tidak teratur. Walaupun mulai terasa perubahan pada tubuhku, nafsu makan meningkat dan sekali dua kali sempat mual muntah, tapi tidak begitu kupikirkan karena biasanya kalo maag kambuh memang seperti itu.

Sampai malam itu, sepulang dari acara resepsi teman, suami langsung cuss ke apotek suruh beli testpack. OK bismillah kita coba. Paginya deg-degan coba tes, tapi gagal haha mungkin karena kelewat gugup jadinya malah jatuh tuh alat testpack 😣. Setelah itu, jadi rada males buat tes lagi, pengennya ntar-ntar aja. Tapi keesokan harinya sepulang kerja, sudah ada tu alat testpack di atas meja 😊. Rupanya suami suruh tes lagi. Bismillah bangun pagi-pagi buat tes. Tegang, gugup dan deg-degan nunggu hasilnya, dan taraaa dua garis nggak ini ya, kok samar-samar 😄.
alhamdulillah
Rasanya campur aduk, senang, takut, bersyukur, gugup rasa nggak percaya. Ini benar nggak ya. Terus bingung, gimana cara kasihtau ke suami. Mau langsung ngebangunin terus teriak happy, atau disembunyiin dulu kasih surprise, tapi gimana cara kasih surprisenya. Haha. Yasudahlah akhirnya tu hasil testpack cuma kutaruh di atas meja, biar suami bangun dan liat sendiri.
Akhirnya suami bangun, tapi dia nggak liat tu alat testpack haha. Ujung-ujungnya nanya gimana hasil tesnya.

"itu di atas meja" kataku.

Ekspresinya lucu, entah senang entah gugup, cuma bilang
"hah? ini artinya apa? positif? yang bener? serius? ada anjar junior? alhamdulillaah" 😂

Suami paling semangat langsung suruh cek ke dokter, dan siang itu juga, kami langsung ke RS terdekat. Di cek usg, alhamdulillah benar, kandunganku sudah 6 minggu. Terimakasih Ya Allah, Kau izinkan kami menjaga amanahMu ini 😍.



hello...

Sekarang, kandunganku sudah memasuki usia 18 minggu. Tiada yang paling membahagiakan selain dari kabar kehamilan seorang wanita. Tapi tidak semua kehamilan itu mudah. Benar, tidak semua kehamilan mudah dijalani. Kehamilan pertama ini, rasanya begitu berat. Trimester pertama mual tak tertahankan setiap malam, tidak bisa mencium bau masakan, terutama bawang. Syukurnya mual tidak di siang hari, jadi tidak mengganggu rutinitas kerjaku. Dan bisa disolusikan dengan makan banyak di siang hari, karena dijamin tidak ada makanan yang bisa masuk kalau sudah malam hari. Hanya bisa istirahat di kamar, bolak-balik kamar mandi.


Namun, memasuki trimester kedua ini, rasanya mualnya bukan berkurang melainkan makin parah. Yang biasanya hanya malam hari, sekarang tak menentu, bisa setelah sarapan, makan siang ataupun larut malam. Tapi apapun itu, tetap harus happy bukan? Ketika aku iri melihat teman lain yang kehamilannya begitu mudah tanpa rasa mual dan muntah, bisa makan sepuasnya, rasanya amat kurang bersyukurnya aku. Karena di sisi lain, ada yang mualnya lebih parah dari aku, bahkan sampai harus opname. Alhamdulillah, aku masih bisa makan, meskipun setelah itu dimuntahkan. Semual apapun itu, sesakit apapun itu, rasanya belum cukup untuk menggantikan nikmat ini. Terlebih saat melihat hasil usg, si baby begitu sehat, aktif, alhamdulillah, dinikmati, dijalani, dan disyukuri. Semoga ibu dan bayinya selalu diberi kesehatan, kemudahan, dan kelancaran selama kehamilan ini sampai lahiran nanti. Aaamiin.

"Ya Allah, peliharalah anakku ini selama ia berada di dalam perutku dan sehatkanlah ia. Engkau yang menyembuhkan, tidak ada penyembuhan selain penyembuhanMu, penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.

Ya Allah, rupakanlah atau bentukkanlah dia yang ada diperutku dengan rupa yang baik dan tetapkanlah di dalam hatinya iman Islam, iman kepada Engkau dan Rasul Mu.

Ya Allah, keluarkan dia dari perutku dengan mudah dan selamat. Jadikanlah ia sehat yang sempurna, berakal, dan pandai, alim dan beramal.

Ya Allah, panjangkanlah umurnya, sehatkanlah badannya, baikkanlah akhlaknya, fasihkanlah lisannya, baguskanlah suaranya untuk membaca Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."


(Wulandari S, disadur dari www.pupututami.com)

Kamis, 14 April 2016

LADAYA, KETIDAKSENGAJAAN YANG MENYENANGKAN

HELLOOOOWW TENGGARONG

Yeaay finally menginjakkan kaki lagi di kota Raja. Sudah lama sekali sejak tragedi putusnya jembatan mahakam Tenggarong :( . Sebenarnya udah banyak info kalo Tenggarong sekarang makin ketjeh, tapi sayangnya belum ada waktu daan lebih tepatnya aku belum berani kalo harus kesana dengan menyeberangi sungai itu menggunakan kapal/klotok huhu. Tapi kabar gembira untuk kita semua, jembatan Tenggarong sudah bisa digunakan kembali. Horree \o/


here we go!
Jadi ceritanya tanggal 6 Maret yang lalu, aku dan rekan-rekan kantor berangkat ke Tenggarong untuk menghadiri acara pernikahan putri dari salah satu rekan kami. Kami berangkat dari Bontang sekitar jam 08.00 WITA dan tiba di Tenggarong sekitar jam 12.00 WITA. Sebenarnya waktu tempuh tidak selama itu, hanya saja kami mampir dulu di Samarinda.

Benar saja Tenggarong memang sudah banyak berubah, banyak taman-taman baru yang ikonik di tepian sungai mahakam, dan sepertinya masih akan ada lagi tempat nongkrong yang lebih greget, terlihat dari beberapa pengerjaan bangunan di sekitar tepian sungai yang belum selesai. Salah satu tempat rekreasi yang identik dengan Tenggarong selain Museumnya adalah Pulau Kumala, yang sekarang sudah ada jembatan penghubungnya. Yang menarik sekarang di jembatan itu kita bisa pasang gembok cinta, tau kan gembok cinta? gembok couple dikunci bareng pasangan sambil make a wish terus kuncinya dibuang deh, ala-ala korea gitu hihi, lucu sih tapi apa nggak malah membuat sungai tercemar dengan sampah kunci ya? hmm entahlah, mungkin Bu Rita punya solusinya. Sayang nggak sempat mengabadikan momen di taman taman cantiknya, karena nggak keburu waktunya.

Ok back to the story, tibalah kami di tempat acara. Salam-salaman, makan-makan, ketawa-ketiwi haha hihi, terus pamit pulang deh sama tuan rumah. Rencana awal kami akan langsung balik ke Samarinda untuk ngemall, yah harap maklum kami warga yang haus akan pusat perbelanjaan sekelas mall :(. Tapi setelah dipikir-pikir, sayang banget kalau sudah ke Tenggarong tapi nggak singgah di Ladaya. Yuhuu tempat hits anak kaltim masa kini dan instagramable tentunya. Jadi meluncurlah kami kesana, nggak butuh waktu lama untuk sampai ke lokasi. Nggak perlu takut nyasar juga karena ada penunjuk arah bertuliskan "LADAYA" di tiap persimpangan jalan.

Dari Masjid Agung mungkin hanya butuh waktu sekitar 10-15 menit, kamipun tiba di Ladaya. Dari tempat parkir ternyata masih harus berjalan kaki ke lokasi, tidak jauh hanya saja jalannya agak berbukit dan cuaca hari itu lumayan terik. Di sepanjang jalan ramai pedagang kaki lima. Yang dijual banyak dan beragam, mulai dari topi, pernak-pernik khas kaltim, minuman dingin, makanan sampai buah durian dan lai juga ada.

Untuk yang belum pernah ke Ladaya, aku sarankan jangan pakai high heels atau wedges sekalipun, kecuali kalian memang ahlinya. Hahaha. Kenapa demikian, jadi ternyata medan di Ladaya itu tanah berbukit-bukit dan agak terjal. Sementara aku yang kesana dengan setelan ala-ala kondangan, hari itu sepertinya agak salah kostum. Bahan baju yang tidak menyerap keringat di teriknya matahari hari itu sangat tidak nyaman untukku, ditambah sandal wedges yang kugunakan juga mempersulit langkahku :(. Apalagi aku yang notabene sangat tidak terbiasa dengan heels, lebih suka flat atau teplek, harus berjalan kaki lumayan jauh di medan yang seperti itu dengan wedges, berasa princess sok imut karena jalannya harus pelan-pelan, kalo tidak mau jatuh terguling-guling (hiks).

By the way, untuk masuk ke Ladang Budaya Lanjong alias Ladaya ini cukup dengan tiket masuk seharga Rp 10.000 untuk orang dewasa, dan Rp 5.000 untuk anak-anak. Kita sudah dapat menikmati pemandangan yang asri dan berfoto di seluruh area. Di dalam terdapat kantin, arena outbond, mini zoo, flying fox dan masih banyak lagi. Salah satu yang jadi pusat perhatian adalah pondok penginapan yang bentuknya unik. Pengunjung dapat menyewa penginapan itu dengan membayar Rp 250.000, dan bisa istirahat santai di dalamnya dengan fasilitas lengkap, seperti kasur, AC, dan toilet. Kalau kami sih, cukup foto di depan penginapan saja hihi. Kami tidak sempat mengelilingi secara keseluruhan, padahal sepertinya masih banyak wahana menarik lainnya, karena cuaca yang kurang bersahabat dan Ladaya lumayan crowded mengingat hari itu bertepatan dengan weekend.













Yah begitulah cerita ketidaksengajaanku ke Ladaya. Melelahkan tapi menyenangkan. Terima kasih Tenggarong. See u next time :*





Minggu, 03 April 2016

Just Tired.

I'm just tired. Tired of trying. Tired of everything. Yah. This is what dying must feel like :(





















Manusia hanya bisa berencana. Tapi Tuhan jugalah yang menentukan. Sekuat apapun kamu berusaha bertahan, jika Tuhan inginkan kau pergi, maka usahamu tak kan berbuah hasil apa-apa. Begitupun jika Tuhan inginkan kau tetap tinggal, sekeras apapun usahamu untuk pergi, kau tak kan kemana-mana.

Yah begitulah hidup. Terkadang dunia bisa begitu kejam. Ketika apa yang diinginkan tidak bisa didapatkan, haruskah menyerah dengan keadaan? berhenti berjalan? atau membiarkan diri terbawa arus waktu yang terus saja bergulir?.
Hey! waktu tak kan berhenti untuk menunggumu bangkit. Waktu tak kan berhenti untuk menunggumu kuat. Waktu terus berjalan. Tak peduli kau menyerah, menangis, terjatuh, tertatih, terluka ataupun berdarah. Who cares?!

Rabu, 27 Januari 2016

BASAH-BASAH SERU DI BERAS BASAH

Beras Basah, Bontang, Kalimantan Timur

Yeaay..akhirnya berjumpa pantai. Liburaannn...

Hari Minggu lalu, tepatnya tanggal 24 Januari 2016, seluruh kru Telkom Datel Bontang dan Sangatta menghabiskan weekend di Beras Basah. Sebuah pulau kecil nan indah di sudut kota Bontang. Mungkin sudah tidak asing lagi ya, karena Beras Basah merupakan salah satu destinasi wisata kota Bontang yang banyak dikunjungi para wisatawan.

Kami berkumpul pukul 07.30 WITA di pelabuhan Tanjung Laut, untuk kemudian berangkat menggunakan kapal menuju Beras Basah. Kami menyewa dua kapal, dengan muatan masing-masing maksimal 50 penumpang. Untuk satu kapal disewa dengan harga Rp 600.000,-. FYI untuk menuju Beras Basah, bisa melalui 3 jalur; yaitu Bontang Kuala, Tanjung Limau dan Tanjung Laut. Saya sendiri sebelumnya sudah dua kali ke Beras Basah melalui jalur Bontang Kuala. Kali ini, untuk ketiga kalinya kesana menggunakan jalur yang berbeda, Tanjung Laut. Waktu yang ditempuh sekitar 40 menit. Beruntung cuaca sedang bersahabat, meski lautnya agak berombak. Tapi asyik kok :)

Disana, terdapat tenda-tenda untuk berteduh yang disewakan seharga Rp 100.000,-. Kami menyewa tiga tenda sekaligus. Setibanya disana, kami para wanita langsung "beberes" dan menyiapkan camilan kue dan makanan untuk makan siang, sambil menunggu rekan-rekan dari Sangatta yang belum tiba. Sebenarnya disana terdapat kios makanan, namun tentu saja harga makanan/minuman yang dijual jauh lebih mahal dari harga biasanya.

Setelah semua berkumpul, kegiatan diisi dengan sesi foto bersama kemudian games games seru. Oiya, disana juga terdapat wahana permainan banana boat. Sayang aku tidak bisa ikut main karena alasan pribadi. Hanya bisa melihat dari pinggir pantai. huhu.






















Weekend yang sangat menyenangkan meski singkat. Semoga masih bisa liburan bareng lagi ya teman-teman. Sampai jumpa di liburan berikutnya :))

Rabu, 29 April 2015

Pasar Terapung

Pasar Terapung Muara Kuin, sumber: google

Pasar Terapung. Siapa yang tidak tahu tempat ini. Kurasa hampir semua pernah mendengarnya. Sebuah pasar tradisional di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dari namanya saja, pasar ini sudah memiliki daya tarik bagi siapa saja yang mendengar. Yang istimewa dari pasar ini adalah pedagang, pembeli dan transaksi jual beli dilakukan di atas jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar, yang membelah sungai Barito. Di pasar tradisional ini masih sering terjadi barter antar pedagang, yang biasa disebut bapanduk. Barang yang diperjualbelikan kebanyakan sayur-mayur dan buah-buahan dari hasil produksi sendiri. Pasar tradisional ini mulai beroperasi setelah shalat subuh hingga pukul 7 pagi waktu setempat.

Setahun yang lalu, tepatnya bulan April 2014, aku berkesempatan berkunjung ke pasar terapung. Kebetulan saat itu sedang ada perjalanan dinas kantor. Yang menarik adalah momen itu kunikmati bersama teman-teman baru dari cabang perusahaan tempat aku bekerja. Selepas shalat subuh, kami sudah berangkat dari hotel menuju tempat perahu yang akan membawa kami ke pasar. Perjalanan tidak begitu lama, kami melewati rumah-rumah di pinggir sungai. Melihat aktivitas warga setempat di sungai Barito. Sampailah kami di muara  sungai Kuin. Untuk diketahui, Pasar terapung di Banjarmasin terbagi menjadi dua, di Muara Kuin dan di Lok Baintan. Kebetulan yang terdekat dari hotel tempat kami menginap adalah Muara Kuin.
perjalanan menuju muara kuin

penampakan saya :))

Pengalaman ini pengalaman yang tidak bisa kulupakan. Melihat perahu-perahu membelah sungai. Mendengar pedagang yang menjajakan barang dagangannya dengan bahasa khas daerah setempat. Senyum ramah, saling salam sapa. Di tengah dinginnya udara pagi, menyaksikan matahari terbit. Ah sungguh indah pemandangan itu. Masih terekam jelas di benak saya. Senang rasanya menyaksikan secara langsung transaksi jual beli yang terjadi di atas sungai tersebut.

rombongan sedang membeli pisang ;)
Sayangnya, Pasar tradisional ini sudah menuju kepunahan digantikan pasar modern di darat. Aktivitas yang terjadi sudah tidak seramai dulu, hanya terlihat beberapa perahu pedagang saja. Selebihnya perahu yang mengangkut para wisatawan. Kebanyakan wisatawan yang datang hanya ingin mengambil gambar. Tidak banyak transaksi jual beli yang benar-benar terjadi antar warga setempat.

Jujur, sedih membayangkan jika beberapa tahun mendatang pasar tradisional ini akan benar-benar punah. Para tetua sudah tidak lagi sanggup menjalankan tradisi ini, sedangkan pemuda-pemudinya juga tidak lagi mau melestarikan budaya nenek moyang. Alangkah sedihnya jika anak cucu kita nanti tidak lagi bisa menyaksikan pasar tradisional seindah ini.
Aku adalah gadis berdarah Banjar. Aku pribadi bangga dengan tradisi ini dan berharap kita dapat melestarikannya. Semoga.